Kamis, 15 Maret 2012

iPhone VS Android


      Smartphone sudah semakin menjadi keperluan sehari-hari di abad 21 ini. Multifungsi, keren dan juga device yang paling dekat dengan manusia alias barang wajib di bawa sehari-hari. Sayangnya tidak semua smartphone dirancang dan dibuat sesuai ekspektasi dari si pemakainya.
            Saat ini kalau kita bicara soal smartphone maka kita tidak akan lepas dari dua raksasa smartphone yang sangat populer yaitu Apple iPhone yang sangat populer dimana-mana dan juga penantangnya si Android platform. Nah berikut berikut saya coba berikan poin utama dari perbedaan dua smartphone ini.

Dari segi kegunaannya

Sebelum kita bahas lebih lanjut, ada satu hal yang harus kita pahami dengan jelas. Android tidak memiliki yang namanya official phone untuk Android, sama halnya dengan tidak adanya komputer yang resmi untuk “Windows”. Android hanyalah nama untuk sistem operasi mobile hasil pengembangan Google, oleh karena itu akan sedikit menjadi debat kusir kalau kita membandingkan secara langsung antara Android dan juga iPhone. iPhone terkesan bekerja lebih intuitif daripada smartphone berbasis Android, alasanya kembali lagi ke poin sebelumnya dimana Apple iPhone di design selaras dengan device nya, sedangkan Android di design sedemikian rupa agar bisa kompatibel di banyak varian pabrikan smartphone.
            Oleh karena itu saat pengguna mencari smartphone untuk faktor “keren" kemungkinan besar mereka akan menjatuhkan pilihan ke apa-apa yang ditawarkan iPhone. Setiap fungsi di iPhone memiliki kesan mudah digunakan serta simpel. Apalagi dengan kontrol pada touch screen yang intuitif makin menambah kesan ringan dan interaktif serta handal pada operating system dan juga aplikasi-aplikasinya. Namun, kalau kita perhatikan lagi, sebagian besar dari apa yang ada di iPhone dimiliki juga oleh Android. Anda ingin akses web? Android bisa. Anda ingin layar sentuh? Android pun punya. Anda ingin game?    Juga bisa anda dapatkan di Android. Jika anda lihat di smartphone besutan HTC, yaitu Nexus One, kira-kira perbedaan apa yang paling menonjol dari iPhone? Saya rasa dari segi teknis tidak ada.
            Perbedaan besarnya adalah bahwa iPhone adalah perangkat tunggal, sementara Android adalah platform perangkat lunak. Jadi sangat sulit jika harus memperbandingkan iPhone dengan Android secara head to head teknisnya. Anda seperti membandingkan Macs dengan PC.
            Jika kita lihat lagi iPhone ini sangat cermat dan hati-hati dalam melakukan kontrol terhadap apa saja yang boleh hadir di iPhone. Sedangkan di sisi lain Android menawarkan hal yang berbeda, yaitu kebebasan melakukan apapun yang anda inginkan di smartphone anda.

Dilihat dari segi Aplikasi

            Faktor aplikasi menurut saya adalah hal yang paling menonjol ketika anda membandingkan iPhone dengan Android. Saat ini Apple telah memiliki aplikasi dalam jumlah besar pada iTunes mereka yang merupakan sumber penghasilan dari iPhone. Nah jika dibandingkan dengan Android memang masih lebih sedikit jumlah aplikasi yang Android miliki dibanding iPhone, tapi disinilah kata “freedom” berperan. Dengan Android anda bisa melakukan instalasi dari sebuah halaman web (tentunya dengan melakukan download) ataupun anda bisa salaing share aplikasi buatan anda sendiri untuk langsung dicoba di smartphone anda masing-masing. Nah anda tidak bisa melakukan hal seperti itu jika anda bergelut dengan iPhone. Di sini anda tidak dapat melakukan instalasi kalau tidak dari iStore, anda juga tidak diberi akses untuk menggonta ganti tampilin home screen anda secara radikal, atau para developer tidak mendapat akses untuk melakukan modifikasi fungsi iPhone itu sendiri. Jadi, kesimpulannya si Apple tidak ingin ada persaingan dan juga tidak ingin menampilkan aplikasi yang malahan akan menjadi lebih besar namanya daripada iPhone itu sendiri.
            Jika anda seorang yang sedikit bertipe geeks, anda akan bisa menikmati faktor “freedom” yang ditawarkan Android. Sedangkan jika anda pengguna awam, sebenaranya anda tidak akan melihat perbedaan yang besar antara keduanya, tapi sepertinya anda akan lebih menyenangi UI yang diberikan iPhone yang lebih berkesan smooth.

Sumber :
Putra Setia Utama.2010.”iPhonevsAndroid, apa perbedaan terbesarnya?”
http://www.teknojurnal.com/2010/12/15/iphone-vs-android-apa-perbedaan-terbesarnya/

Mind Mapping dalam Penyusunan Materi Pembelajar


Materi pembelajaran dapat ditulis sebagai bahan ajar agar mudah diingat. Dalam menulis banyak teknik yang dapat digunakan. Diantaranya :
1.      Teknik menulis biasa (dalam bentuk narasi)
2.      Teknik penulisan dengan charta
3.      Teknik penulisan dengan bagan
4.      Teknik penulisan dengan peta konsep
5.      Mind Mapping
            Kelima teknik menulis ini mempunyai tujuan agar si pembaca mengerti isi bacaan yang dibacanya. Dalam artikel ini saya akan membahas teknik penulisan mind mapping. Mind mapping adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara .Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Keutamaan metode ini adalah :
1.       Tema utama terdefinisi secara jelas dikarenakan dinyatakan di tengah;
2.      Level keutamaan informasi terdefinisi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih dekat di letakkan dengan tema utama;
3.      Hubungan masing - masing informasi secara jelas dapat dikenali
4.      Lebih mudah dipahami dan diingat;
5.      Informasi baru setelahnya dapat digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur mind mapping, sehingga mempermudah proses pengingatan;
6.      Masing - masing mind mapping sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan
7.      Mempercepat proses pencatatan karena hanya dengan menggunakan kata kunci.
            Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Berikut ini disajikan perbedaan antara mind mapping dan catatan tradisional.
 Tabel 1. Perbedaan catatan biasa dan mind mapping
Catatan biasa
Mind mapping
Hanya berupa tulisan saja
Berupa tulisan, symbol dan gamba
Hanya dalam satu warna
Berwarna - warni
Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
statis
Membuat individu menjadi lebih kreatif
Sumber :
Amudiono.2010.”Mind Mapping dalam Penyusunan Materi Pembelajaran”
http://www.psb-psma.org/content/artikel/2759-mind-mapping-dalam-penyusunan-materi-pembelajaran

9 Kebiasaan Menyegarkan Otak

Rasa jenuh dengan aktivitas sama setiap harinya dapat menimbulkan depresi. Kebosanan ini juga bisa membuat otak Anda merasa 'kurang tertantang'. Jika Anda sering mengalami hal ini, jangan diam saja. Lakukan latihan berikut ini yang bisa membuat Anda seperti memiliki otak 'baru'.
            Dorothea Brande, penulis dan editor asal Amerika Serikat yang terkenal dengan bukunya "Wake Up and Live and Becoming a Writer", menyarankan beberapa latihan mental untuk membuat pikiran Anda jadi lebih tajam. Latihan-latihan dimaksudkan untuk menarik Anda keluar dari kebiasaan dan rutinitas, memberikan Anda perspektif berbeda, serta menempatkan Anda dalam situasi yang membutuhkan akal serta kreativitas dalam memecahkan masalah.
            Brande percaya, hanya dengan melakukan pengujian dan peregangan sendiri Anda mengembangkan kekuatan mental. Berikut sembilan latihan yang disarankan oleh Brande yang bisa Anda coba, seperti dikutip dari Divine Caroline.

1.      Habiskan satu jam setiap harinya dengan tidak berkata apa-apa. Kecuali, untuk menjawab pertanyaan secara langsung, di tengah-tengah kelompok, tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda merajuk atau sakit. Cobalah bersikap sebiasa mungkin.
2.      Berpikirlan selama 30 menit setiap hari tentang satu subjek. Mulailah dengan berpikir dalam lima menit jika 30 menit terlalu lama.
3.      Berbicaralah selama 15 menit per hari tanpa menggunakan kata "Aku", "Saya", dan  "Milik saya".
4.      Cobalah untuk diam di tengah keramaian
5.      Lakukan kontak dengan orang baru dan biarkan ia menceritakan banyak hal soal dirinya tanpa ia menyadari.
6.      Ceritakan secara eksklusif tentang diri sendiri dan kesenangan Anda tanpa mengeluh, membual atau membuat bosan teman Anda.
7.      Buat rencana selama dua jam per hari dan lakukan rencana itu dengan konsekuen.
8.      Buatlah 12 kegiatan yang dilakukan secara acak dan spontan. Misalnya, sepulang mendatangi tempat makan yang belum pernah dikunjungi sebelumnya lalu pulang bukan dengan naik taksi tetapi ojek. Atau, biasanya pada pagi hari Anda minum kopi, minumlah air putih atau jus. Usahakan kegiatan tersebut berbeda dari rutinitas Anda.
9.      Dari waktu ke waktu, luangkan setiap harinya menjawab "Ya" untuk setiap permintaan orang lain, tapi tentunya yang masuk akal.

Sumber :
Petti Lubis, Mutia Nugraheni .2012."9 Kebiasaan Menyegarkan Otak"
http://id.news.yahoo.com/viva/20110110/tls-9-kebiasaan-menyegarkan-otak-34dae5e.html  vivanews.com

Stop bullying!!!


            Belakangan ini seringkali kita dengar istilah Bullyin. Sebenarnya, apa sih yang disebut dengan Bullying? Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stres (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya).
            Apalagi Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin mempengaruhi korban secara psikis. Sebenarnya selain perasaan-perasaan di atas, seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal dengan kejadian yang menimpa mereka. Ada juga perasaan marah, malu dan kecewa pada diri sendiri karena “membiarkan” kejadian tersebut mereka alami. Namun mereka tak kuasa “menyelesesaikan” hal tersebut, termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada orang dewasa karena takut dicap penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan. Dengan penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, perlu dicatat bahwa salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah adanya egosentrisme (segala sesuatu terpusat pada dirinya) yang masih dominan. Sehingga ketika suatu kejadian menimpa dirinya, anak masih menganggap bahwa semua itu adalah karena dirinya.

            Bentuk Bully terbagi dua, tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan anak lain. Sementara bentuk tidak langsung adalah menghasut, mendiamkan, atau mengucilkan anak lain. Apapun bentuk Bully yang dilakukan seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk “menekan” korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan tersebut. Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata permusuhan dari korbannya.  Karakteristik korban Bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya dari tindakan Bully.

            Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar tertentu. Motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah adanya agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism) yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut. “Keberhasilan” pelaku melakukan tindakan bully bukan tak mungkin berlanjut ke bentuk kekerasan lainnya, bahkan yang lebih dramatis.

            Ada yang menarik dari karakteristik pelaku dan korban Bully. Korban Bully mungkin memiliki karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah diri, yang kesemuanya itu (masing- masing atau sekaligus) membuat si anak menjadi korban Bully. Akibat mendapat perlakuan ini, korban pun mungkin sekali menyimpan dendam atas perlakuan yang ia alami.

            Selanjutnya, bukan tak mungkin, korban Bully, menjadi pelaku Bully pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat kepuasan dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani dan ada dendam yang tak terselesaikan. Kasus di sekolah-sekolah, dimana kakak kelas melakukan Bully pada adik kelas, dan kemudian Bully berlanjut ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas dan ia kemudian melakukan Bully pada adik kelasnya yang baru, adalah contoh dari pola Bully yang dijelaskan di atas.

            Tindakan Bullying bisa terjadi dimana saja, terutama tempat-tempat yang tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa lainnya. Pelaku akan memanfaatkan tempat yang sepi untuk menunjukkan “kekuasaannya” atas anak lain, agar tujuannya tercapai. Sekitar toilet sekolah, pekarangan sekolah, tempat menunggu kendaraan umum, lapangan parkir, bahkan mobil jemputan dapat menjadi tempat terjadinya Bullying.

Orang tua, wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku. Beberapa hal yang dapat dicermati dalam kasus Bullying adalah :

A.Anak Menjadi Korban

Tanda-tanda :
1.Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying (anak sebagai korban).
2. Laporan dari guru atau teman atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi pada anak.

Penanganan :
1. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
2. Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak.
JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.
3. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.
4. Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru). Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).
5. Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka tentang anak anda. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.
6. Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.

Pencegahan :
1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa / guru / orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis.
a. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima.
b. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.
2.Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
3.Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.
4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban bullying karena :

a. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku bullying pada teman lainnya.
b. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
c. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.

B. Anak sebagai Pelaku

Tanda-tanda :
1. Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).
2. Anak tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua / lebih besar badannya / lebih berkuasa, namun terlihat anak sebenarnya memiliki perasaan tidak senang.
3. Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda.
4. Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).
5. Ada laporan dari guru / pengasuh / teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya (no. 1).
6. Anak yang pernah mengalami bully mungkin menjadi pelaku bully.

Penanganan :
1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
2. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.
3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.

Pencegahan :
1. Anak dapat menjadi pelaku bullying antara lain bila si anak mengalami rasa rendah diri. Karena itu, upayakan untuk mendidik anak dalam suasana penuh kasih sayang yang mendidik anak untuk memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri. Kasih sayang yang nyata juga membuat anak merasa aman dan cenderung lebih mau bekerja sama dengan orang tua / guru. Namun hati-hati jangan sampai memanjakan anak yang berdampak kerugian di pihak anak.
2. Waspada jika anak menunjukkan agresifitas yang berlebihan, terutama pada mereka yang lebih lemah (adiknya, pengasuh, teman bermain yang lebih kecil atau pendek badannya) atau bahkan binatang, tanaman dan mainannya.
3. Jika anak anda pernah menjadi korban bully, untuk mencegah ia menjadi pelaku bullying di kemudian hari, mintalah bantuan ahlinya agar masalah terselesaikan dengan baik dan tidak ada dendam di kemudian hari. Amati perilaku dan kondisi emosi anak dari waktu ke waktu, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu.
4. Usahakan selalu bersikap terbuka dan rajin berdiskusi dengan anak tentang berbagai hal. Selalu siap memberi komentar positif dan hindari menghakimi anak.Namun jangan sampai “mencelakakan” anak dengan memanjakan anak berlebihan.

Tulisan ini diharapkan cukup memberi gambaran mengenai bullying, bahayanya dan cara-cara penanganan dan pencegahan yang praktis untuk dilakukan. Dan karena itu STOP BULLYING!

 Sumber :
Dian P. Aldilla, Psi.2008.”stopbullying”

http://www.pitoyo.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=331